Pesona alam di Indonesia sepertinya masih begitu banyak yang tersembunyi dan belum terjamah tangan dan kaki manusia. Letaknya nun jauh di dalam pelosok perkampungan yang untuk ke sananya saja mungkin harus melewati ladang dan rimba, menuruni tebing dan tangga yang curam dan berjalan melawan arus sungai.
Lau Balis adalah salah satu pesona alam yang tersembunyi itu. Letaknya di Desa Rumah Galo, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Untuk menuju Desa Rumah Galo ini harus ditempuh selama lebih kurang 3 jam menaiki sepeda motor. Jika dari kota Medan akan melewati kota Binjai lalu berbelok ke kiri dari samping Binjai Supermall. Perjalanan akan terus menanjak selama lebih kurang 1 jam.
Lau Balis sendiri adalah sebuah air terjun yang mengaliri sungai Sei Bingai yang bermuara hingga ke Selat Malaka. Jangan tanya berapa panjangnya ya. Menuju air terjun Lau Balis ini saja, kurasa menempuh lebih dari 2 kilometer berjalan kaki ke arah hulu atau sekitar 2 jam lebih hingga tiba di lokasi air terjun.
Perjalanan menuju air terjun tergolong ekstrim. Makanya dibutuhkan guide yang membantu selama perjalanan. Aku yang tergabung dalam rombongan anak-anak Backpacker Medan meminta bantuan dari penduduk lokal yaitu Bang Wanda (085370542438). Untuk biaya sewa guide ini perorangnya dikenakan biaya Rp.30.000,-
































Rumah salah seorang guide, Bang Wan, yang menjadi tempat parkir, berkumpul, dan beristirahat para penjelajah Lau Balis dan Lau Bertu.
Hari kamis yang bertepatan dengan tahun baru Islam lalu bercuaca cerah. Aku dengan anak-anak yang lain berjalan melintasi kebun karet, coklat, durian, dan  ladang yang ditanami padi dan ubi jalar. Pada ujung jalan setapak, jalan datar berganti dengan tangga-tangga alami yang terbuat dari batu dan tanah, menuruni tebing dengan kemiringan sangat curam. Menuruninya harus benar-benar waspada dan terus menjaga keseimbangan dengan berpegangan ke akar-akar pohon dan bebatuan. Bagi yang tidak pernah mendaki atau jarang berolahraga sebelumnya, mau tidak mau harus menahan rasa sakit pada lutut dan paha selama turunan yang rasanya menghabiskan waktu hingga setengah jam.
































Ketika tiba di sungai, hembusan nafas bahkan mengalahkan suara riak air sungai. Wajah-wajah kecapaian kembali cerah setelah beristirahat sejenak di tepian. Meski kemudian jalur sungai yang kami tempuh ternyata juga tidak kalah sulit tapi kali ini lebih menyenangkan karena bisa sekalian bermain air, melompat dari batu ke batu, melintasi semak-semak lalu kembali lagi berjalan melawan arus sungai yang dingin.
































Setelah satu jam lebih berjalan, kami tiba di sebuah tebing batu setinggi 10 meter  dan lebar sekitar 20 meter. Dari atasnya air turun deras dari sela-sela tumbuhan merambat. Aku pikir inilah air terjun yang disebut Lau Balis. No, ternyata bukan. Aku tidak jadi kecewa. Salah satu guide mengatakan Lau Balis masih setengah perjalanan lagi. Dari tebing ini aku harus melewati tumpukan pohon mati setinggi 6 meter yang menghalangi jalan.
































Langkahku terhenti ketika melihat bebatuan besar di depan. Batang-batang pohon mati malang-melintang di atasnya. Dari balik bebatuan besar ini sebuah air terjun setinggi sekitar 20 meter jatuh dari atas tebing batu ke dalam kolam berwarna hijau. Sebuah pohon tumbang berdiri melintang di dekat air terjun menyerupai tiang penyangga yang menahan tebing.
Inilah pesona alam yang tersembunyi itu. Jauh dari mana-mana. Perjalanan yang berat terbayarkan lunas dengan melihat pemandangan indah dan udara yang sejuk. Dinding tebing disambung dengan batu-batu raksasa dan pohon-pohon tinggi menjadikan lokasi Lau Balis ini seperti sebuah ruangan berpendingin alami.







































Semua terpukau dengan pemandangan ini.  Masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri sambil memandangi keindahan sekeliling air terjun. Sesekali muka kami terkesiap terkena serpihan air terjun yang terbang terbawa angin. Lalu satu-persatu membuka baju dan meloncat ke dalam kolam. Aku pun tidak ingin ketinggalan. Airnya benar-benar dingin tapi sangat menyegarkan. Capekku hilang seketika.
















Jika kamu berencana ingin menikmati pengalaman ke Lau Balis, siapkan fisik dan mental. Perjalanan akan sangat melelahkan jiwa dan raga. Jika sudah turun dari tebing bertangga itu rugi sekali jika memutuskan untuk pulang sebelum melihat Lau Balis dengan mata kepala sendiri. Karena pesona Lau Balis dan pengalaman menuju ke sana sama-sama takkan terlupakan.